Teknologi 5G ala 'Korea Selatan'
SEOUL - Raksasa
elektronik Samsung mengklaim bahwa mereka berhasil mencapai kecepatan 7.5Gbps
(Gigabits per detik) menggunakan prototipe teknologi generasi baru 5G. Dalam
sebuah pengujian sambil berjalan, teknologi tersebut mencacatkan kecepatan
1.2Gbps.
Dilansir Ispreview,
Kamis (16/10/2014), kekuatan 5G diuji pada kondisi diam dan bergerak. Pada
kondisi diam, perusahaan mencatatkan 7.5Gbps. Sedangkan pada kondisi berjalan
di kecepatan 60 Mph (mil per jam) dengan panjang trek 4.34 kilometer, tercatat
angka kecepatan internet 1.2Gbps.
Sejumlah perusahaan
teknologi besar berlomba untuk menyediakan teknologi 5G untuk Mobile Network
Operators (MNO). Kabarnya, teknologi akses internet super cepat ini akan secara
komersial dirilis pada 2020 atau tahun berikutnya.
Sejumlah perusahaan
ini masih terus melakukan pengujian atau pengembangan. Sama seperti Samsung,
perusahaan lainnya juga berlomba untuk mengukir standar 5G masa depan.
"Kami akan
melanjutkan untuk membangun tonggak pencapaian ini dan mengembangkan teknologi
maju yang berkontribusi untuk standar 5G. Sebagai tambahan untuk meningkatkan
kemampuan riset dan pengembangan global kami sendiri, kami juga akan terus
bekerjasama dengan para pemimpin industri dan pusat-pusat penelitian di seluruh
dunia," jelas ChangYeong Kim, Head of R&D di Samsung Electronics.
Tes ini menggunakan
pita spektrum radio 28GHz, yang diklaim memiliki performa terbaik. Akan tetapi,
pita spektrum radio tersebut kabarnya kurang ideal untuk pasar masif jaringan
mobile, di mana coverage yang luas diperlukan. Inilah mengapa sebagian besar
perusahaan memilih jaringan mobile pada spektrum hemat biaya di pita 800MHz -
2.6GHz.
Samsung, perusahaan
asal Korea Selatan mengungkapkan, pihaknya menggunakan teknologi Hybrid
Adaptive Array Technology (HAAT). Teknologi ini menggunakan pita frekuensi
gelombang milimeter untuk memungkinkan penggunaan frekuensi yang lebih tinggi
pada cakupan jarak yang lebih jauh.
Penggunaan Gelombang Otak untuk Teknologi Kesehatan
Brain
Computing : penggunaan gelombang otak untuk teknologi kesehatan. Kemajuan
teknologi di Indonesia dinilai berkembang dengan sangat cepat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya inovasi berbasis teknologi yang diciptakan langsung
oleh orang Indonesia. Berdasarkan pemaparan dari Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Indonesia telah berhasil menempati peringkat ke-46 dalam
kemajuan teknologinya pada tahun 2012. Penilaian ini didasarkan kepada berbagai
inovasi, dan sistem teknologi yang telah diterapkan di Indonesia. Saat ini,
teknologi telah berhasil menguasai berbagai bidang, seperti bidang komunikasi,
bidang pendidikan, dan bahkan bidang kesehatan.
Beranjak dari penerapan teknologi di bidang kesehatan,
tiga mahasiswa Teknik Elektro ITB mendesain sebuah alat yang dapat mengirimkan
sinyal otak untuk menggerakan sebuah robot tangan. Ketiga mahasiswa tersebut
adalah Ausi Hernanto (Teknik Elektro 2009), Muhammad Husni (Teknik Elektro
2009), dan Makmur Koko (Teknik Elektro 2009). Alat ini dirancang untuk membantu
penderita penyakit stroke yang tidak mampu menggerakkan jaringan
tubuhnya. Melalui penelitian tugas akhir yang diberi judul ‘Brain Computer
Interface sebagai Pengendali Robot Tangan’, tim ini mencoba merancang
alat tersebut secara sederhana sehingga dapat digunakan oleh penderita.
Teknologi Brain Computer Interface
Sistem Brain Computer Interface (BCI)
adalah sistem yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sinyal yang
dibangkitkan oleh otak untuk mengirim perintah ke komputer atau mesin. Tujuan
sistem ini adalah untuk membantu manusia yang memiliki kelainan fisiologi atau
cacat fisik yang berhubungan dengan sistem saraf motorik. Dengan kata
lain, teknologi BCI merupakan teknik pengendalian suatu perangkat dengan
menggunakan pikiran.
Pada
awal pendesainan BCI, sistem ini diharapkan dapat digunakan untuk sarana
komunikasi bagi penderita lumpuh total, untuk rehabilitasi, dan bisa juga
dimanfaatkan untuk teknik kendali dalam game komputer. Sebuah sistem BCI
terdiri dari pengukuran sinyal otak, dan kemudian dilakukan sistem pengolahan
sinyal otak tersebut untuk mendeteksi pola-pola unik yang akan diterjemahkan
menjadi perintah, seperti pola otak saat rileks. “Dalam penggunaan sistem BCI,
kami menggunakan aplikasi BCI2000 yang kerap digunakan untuk penelitian yang
berhubungan dengan gelombang otak,” tutur Ausi.
Perancangan Robot
Tangan
Ketiga mahasiswa yang akan diwisuda pada bulan Juli 2014 mendatang merancang
sebuah robot berbentuk tangan yang dihubungkan dengan alat pengirim sinyal
gelombang otak. Alat ini berbentuk seperti tangan manusia yang dapat bergerak
dengan bantuan aplikasi BCI2000, tentu saja dengan pikiran penggunanya.
Pembentukan robot tangan sederhana ini ditujukan untuk penderita penyakit
stroke agar tetap dapat beraktivitas. Dalam penjelasannya, Ausi menambahkan
bahwa robot tangan ini mampu bergerak seperti genggaman, menapak, dan menunjuk
layaknya tangan manusia.
Alat ini telah diujikan pada acara Electrical
Engineering Days (EE-days) yang diselenggarakan oleh Teknik
Elektro ITB pada Selasa – Jumat (03-06/06/14) bertempatan di Aula Barat, ITB.
Dalam acara tersebut, pengunjung berkesempatan untuk mencoba menggunakan robot
tangan karya Ausi, Husni, dan Makmur tersebut dengan menggunakan gelombang
pikiran mereka. “Ketika diujikan, beberapa pengunjung berhasil menggerakan alat
tersebut. Hal ini dikarenakan tidak fokusnya otak ketika menggunakan alat,
untuk meningkatkan kemampuan pengguna dalam mengoperasikan BCI, perlu juga
diadakan pelatihan khusus,” tambah Ausi.
Penerapan BCI pada robot tangan ini masih dinilai
sangat sederhana, karena belum bisa bergerak secara tanggap sebelum adanya
pelatihan khusus. Ketiga peneliti tersebut berharap agar penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut lagi agar penderita penyakit stroke dapat
secara leluasa mengekspresikan dirinya layaknya manusia. “Penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Teknik Elektro ini perlu diapresiasi, karena melalui
hal seperti ini Indonesia dapat melahirkan inovasi, serta mampu mengembangkan
teknologi di Indonesia,” tutur Arif Sasongko (Dosen Teknik Elektro ITB) selaku
Ketua Panitia EE-days.
TEKNOLOGI NANO DALAM BIDANG
PERTANIAN
AUGUST 12TH, 2010
Nanoteknologi merupakan bidang yang sangat multidisiplin, mulai dari fisika
terapan, ilmu material, sains koloid dan antarmuka, fisika alat, kimia supramolekul,
mesin pengganda-diri dan robotika,
teknik kimia, teknik mesin, rekayasa biologi, teknologi pangan dan tekno
elektro. Nanoteknologi dideskripsikan sebagai ilmu mengenai sistem serta peralatan
berproporsi nanometer. Satu nanometer sama dengan seperjuta milimeter. Karena
ukurannya yang teramat kecil, tren dalam nanoteknologi condong ke pengembangan
sistem dari bawah ke atas (bukan atas ke bawah). Maksudnya para ilmuwan dan
teknisi tidak menggunakan materi berukuran besar lalu memotongnya kecil-kecil,
tapi menggunakan atom serta molekul sebagai materi blok pembuatan yang
fundamental.
nano teknologi ini, sudah di aplikasikan dalam bidang teknologi pertanian
misalnya dalam Nano-modifikasi benih dan pupuk / pestisida, teknik pengemasan
makanan, energy ramah lingkungan dan teknik jaringan, Nanoteknologi dapat
membantu untuk mereproduksi atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan “Tissue
engineering” yang menggunakan proliferasi sel secara artifisial distimulasi
dengan menggunakan nanomaterial berbasis perancah yang sesuai dan faktor
pertumbuhan. Teknik jaringan akan menggantikan pengobatan konvensional saat ini
seperti transplantasi organ atau implan buatan.
Dengan adanya nano teknologi dalam pertanian akan dapatm eningkatkan
produktivitas pertanian, kualitas produk, penerimaan konsumen dan efisiensi
penggunaan sumber daya. Akibatnya, ini akan membantu mengurangi biaya
pertanian, meningkatkan nilai produksi dan meningkatkan pendapatan pertanian. Ini
juga akan menyebabkan konservasi dan meningkatkan kualitas sumber daya alam
dalam sistem produksi pertanian.
Selain itu nano teknologi juga diaplikasikan di berbagai bidang seperti kimia
dan lingkungan, kedokteran (nanoteknologi biomedis, nanobiotechnology, dan
nanomedicine, Informasi dan komunikasi (nanoRam), konstruksi, tekstil, optic
dll.
Kecanggihan teknologi ini bukan berarti meniadakan dampak negatif. Salah satu
hal yang ditakuti para ilmuan adalah kemampuan self replicant, sebagai contoh
dibuat produk untuk membasmi virus pada tubuh manusia contohnya kanker namun
bila antivirus ini tidak terkontrol untuk sifat self replicant maka dapat
membahayakan tubuh manusia yang memakainya. Serta hal negative lain yang
mungkin terjadi, contohnya pembuatan bom yang dirancang sedemikian rupa dengan
ukuran superkecil dengan kemampuan daya ledak yang besar. Diperlukan
kesetimbangan intelektual dan moral dalam mengaplikasikan teknologi
ini.(berbagai sumber)
Sumber :
Mari Beternak Tanpa Mencari
Rumput Melalui Teknologi 'Hi-Fer'
Upaya pencapaian program swasembada daging sapi selain memerlukan
ketersediaan bibit/bakalan sapi, juga adanya kesiapan penyediaan pakan yang
cukup dan berkelanjutan dengan mutu yang memadai serta harga murah.
Ketersediaan pakan yang
belum memadai mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam peningkatan populasi
ternak sapi. Ketersediaan hijauan pakan di Indonesia merupakan tema utama yang
menjadi pembatas perkembangan ternak.
Salah satu komponen
pakan yang utama adalah hijauan karena hijauan merupakan bahan pakan utama
(lebih dari 80 persen dari total bahan kering).
Jumlah ternak sapi pada
tahun 2011 sebanyak 14,8 juta ekor dan meningkat sekitar 0,07 persen pada tahun
berikutnya (Ditjennak, 2012).
Kebutuhan minimum ternak
ruminansia per satuan ternak (ST) adalah 1,14 ton bahan kering/tahun maka
diperkirakan jumlah hijauan pakan yang diperlukan seluruhnya pada tahun 2012
adalah 18,3 juta ton bahan kering (BK).
Jumlah tersebut
tergolong sangat banyak diperkirakan untuk mendukung program swasembada daging
sehingga perlu adanya program maupun upaya penyediaan pakan hijauan
berkelanjutan.
Secara perkiraan potensi
ketersediaan pakan sangat tinggi, baik yang berasal dari hijauan maupun limbah
pertanian. Hal tersebut dimungkinkan karena didukung oleh ketersediaan sumber daya
lahan tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan.
Jika potensi lahan yang
ada dapat dimanfaatkan 50 persen saja, jumlah ternak yang dapat ditampung
mencapai 29 juta satuan ternak. Hal tersebut belum termasuk padang rumput alam,
yang jika diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan rumput
unggul mampu meningkatkan daya tampungnya secara nyata.
Oleh karena itu,
diperlukan teknologi tepat guna, yang bersifat terpadu menyangkut teknologi
pengolahan, pengemasan, transportasi dan distribusi, dan mampu menangani
permasalahan pakan dari hulu sampai hilir (sejak proses produksi, sampai pada
penggunaannya di tingkat peternak).
Sebagai bagian dari
institusi/perguruan tinggi, Pusat Studi Hewan Tropika/Center for Tropical
Animal Studies (Centras) LPPM-IPB telah dan akan terus mengembangkan berbagai
inovasi teknologi tepat guna dan terpadu untuk meningkatkan penyediaan pakan
bermutu di Indonesia.
Centras telah
menghasilkan berbagai produk, di antaranya adalah probiotik dan komplemen pakan
(KP) yang telah dibuktikan mampu memberikan efek positif bagi ternak.
Selanjutnya, hasil
tersebut akan dimanfaatkan lebih lanjut dalam memproduksi Hi-fer.
Kelebihan dari teknologi
ini adalah: (1) dapat diproduksi oleh masyarakat (petani) secara masal; (2)
mudah (secara manual dengan peralatan dan bahan tersedia di lokasi setempat);
dan (3) biaya murah.
Agar inovasi teknologi
tepat guna, perlu model pengembangan produk Hi-fer dengan berbasis pada
pemberdayaan masyarakat oleh perguruan tinggi.
Permasalahan Pakan Ternak
Terdapat sejumlah
permasalahan terkait dengan pakan ternak. Pertama, mutu pakan yang variatif
(cenderung kurang) karena pakan kebanyakan merupakan limbah lignoselulolitik
dengan kadar Total Digestible Nutrient (TDN) dan protein yang rendah.
Kedua, produksi pakan
musiman (seasonal movement), umumnya produksi akan menurun ketika musim
kemarau, yaitu pada bulan April hingga September.
Pada bulan tersebut
peternak akan kesulitan mendapatkan rumput lapang atau penurunan produksi pada
hijauan yang dibudidayakan sehingga produksi yang berlimpah pada musim hujan
perlu diawetkan/disimpan untuk digunakan pada musim kemarau. Dengan demikian,
membutuhkan teknologi penyimpanan.
Selain itu, lokasi
produksi pakan tidak setumpu dengan lokasi produksi ternak. Kantong-kantong
produksi ternak, khususnya sapi potong, cenderung mengarah di wilayah pinggiran
perkotaan, sementara produksi hijauan umumnya banyak tersedia di daerah
pedesaan.
Di samping itu, Pulau
Jawa juga padat ternak, sementara produksi hijauan terbatas. Sebaliknya,
terjadi produksi hijauan banyak di Pulau Sumatera, namun populasi ternaknya
relatif sedikit. Hal ini membutuhkan solusi agar potensi tersebut dapat
dimanfaatkan berupa tersedianya teknik pengemasan dan transportasi yang tepat
guna sehingga memudahkan pakan tersebut didistribusikan.
Secara ringkas kebutuhan
teknologi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah
teknologi terpadu meliputi pengolahan pakan, pengawetan, pengemasan,
transportasi, dan komersialisasi.
Salah satu solusi
terpadu adalah teknologi produksi Hi-fer yang mampu memanfaatkan hijauan pakan
dan mengolahnya menjadi lebih bernilai nutrisi dan mudah didistribusikan ke
sentra ternak, dan diharapkan sekaligus mampu mengatasi
Penelitian
Centras LPPM IPB dalam
dua tahun terakhir ini telah menemukan beberapa hasil yang dapat mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
Hasil-hasil penelitian
terdahulu, yaitu produk probiotik unggul. Produk ini mampu meningkatkan
palatabilitas ransum 16,9 persen, meningkatkan kecernaan serat 12,8 persen dan protein
17,9 persen, meningkatkan pertambahan bobot badan dari 1,17 kg/ekor/hari
menjadi 1,39 kg/ekor/hari dan menurunkan emisi gas pencemaran pada feses
terutama gas amonia dan H2S berkurang 8,8 persen dan 3,5 persen.
Selain itu, Centras
telah mengembangkan probiotik yang mampu menekan toksisitas aflatoksin pada
susu sapi perah (Solta, et al., 2013) dan mengikat aflatoxin di rumen sapi.
Selanjutnya, produk KP,
yaitu bahan yang dicampurkan dengan pakan yang memberikan efek menguntungkan.
KP terdiri atas campuran
asam dan garam-garam serta antioksidan dan anti jamur. KP produk CENTRAS
LPPM-IPB terbukti mampu meningkatkan palatabilitas pakan fermentasi,
meningkatkan daya simpan pakan, dan mempercepat proses fermentasi.
Penelitian tindak lanjut
yang akan dilakukan adalah aplikasi penggunaan kedua produk tersebut
(kombinasi) dalam proses fermentasi hijauan pakan ternak serta menentukan
bentuk kemasan yang mudah diterapkan oleh masyarakat, serta memungkinkan untuk
dikomersialkan sehingga dapat menjadi andalan sumber pendapatan baru bagi
masyarakat.
Dengan keunggulan KP
tersebut, akan memudahkan proses pembuatan Hi-fer dan penggunaan probiotik akan
dapat mempercepat proses pengawetan sehingga pada akhirnya biaya pengolahan,
penyimpanan, dan transportasi pakan tersebut menjadi lebih mudah dan murah.
Selain itu karena
menyangkut inovasi baru dalam teknologi tepat guna, akan dirumuskan model
introduksi teknologi tersebut dengan sistem produksi massal oleh masyarakat
dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi masyarakat setempat.
Produk Inovatif-Aplikatif
Hi-fer adalah hijauan
hasil fermentasi dengan menggunakan probiotik dan komplemen pakan produk
penelitian Centras LPPM IPB yang berkualitas prima (palatable/sangat disukai
ternak, kadar protein 10 persen, kandungan energi/TDN 55 persen), mudah
dan tahan lama disimpan (daya simpan 2 bulan).
Inovasi Hi-fer merupakan
teknologi tepat guna tentang cara produksi, pemanenan, pengolahan, penyimpanan,
dan kiat mudah dalam transportasi dalam bentuk produk kemasan komersial.
Hi-fer dikemas dalam
kantong polibag plastik kedap udara (2 layer), dengan bobot maksimum per
kemasan 35 kg, sehingga mudah diangkut, didistribusikan, serta penggunaannya di
tingkat peternak sangat praktis.
Dari penelitian yang
dilakukan, ditemukan produk hijauan pakan yang sederhana, mudah dilaksanakan,
murah dalam pembiayaan (produksi), dan memiliki prospek komersial dalam skala
luas. Keseluruhan paket ini dikemas dalam produk yang dikenal dengan Hi-fer,
sehingga memungkinkan peternak dapat mengurangi aktivitas mengarit.
Teknologi Hi-fer+ dapat
diproduksi oleh masyarakat (petani) secara massal dengan mudah (secara manual
dengan peralatan dan bahan tersedia di lokasi setempat) dan biaya murah
(maksimum biaya pengolahan dan pengemasan adalah 20 persen dari harga bahan
baku/hijauan).
Dengan kemudahan
pembuatan dan keunggulan produk ini, akan memberikan manfaat baik bagi
masyarakat umum, petani/peternak, perguruan tinggi dan pemerintah sebagaimana
yang dikemukakan di atas.
Hi-fer merupakan Model
Pemberdayaan Masyarakat oleh Perguruan Tinggi Berbasis Inovasi Teknologi.
Model ini meliputi model
tentang peran masing-masing pelaku: petani/masyarakat sebagai produsen, mitra
kerja sebagai pengumpul dan institusi/perguruan tinggi sebagai inovator dan
pendamping pengembangan produk.
Selain itu, model akan
menyangkut tentang penyiapan kelembagaan dan komersialisasi produk sehingga
dapat berlangsung secara berkelanjutan dan memungkinkan untuk direplikasi di
berbagai wilayah.
Keunggulan yang dimiliki
teknologi Hi-fer memberikan dampak nyata bagi perkembangan peternakan khususnya
dalam penyediaan pakan. Baik petani ternak maupun pelaku industri peternakan
dapat merasakan manfaat teknologi ini.
Hasil uji coba yang
dilakukan CENTRAS IPB, bahwa pemberian 100 persen Hi-fer mampu sebagai
pengganti hijauan rumput segar.
Dengan menghasilkan
pertambahan bobot badan rata-rata 1.48 kg/ekor/hari. Dengan teknologi Hi-fer
peternak mudah dalam pengadaan rumput (baik di daerah sulit hijauan maupun di
perkotaan. Begitu pula pengusaha industri pakan skala menengah (industri pakan
hijauan) sangat terbantu oleh teknologi ini.
Keunggulan lainnya mudah
dalam pemberian di lapangan (semudah pemberian konsntrat ke ternak dan terukur,
dengan dosis pemberian yang tepat).
Teknologi Hi-fer
diyakini tidak terlampau mengotori kandang, mampu menekan bau feses, dan
mengurangi pencemaran lingkungan.
Bagi IPB Hi-Fer telah
berhasil melalui serangkaian kegiatan yang dikemas dalam bentuk paket teknologi
nutrisi dan pakan, dengan penerapan berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Manfaat ini tanggapi
dengan baik oleh mitra kerja. Penerapan-penerapan teknologi tepat guna Hi-fer
dan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat telah direspons oleh masyarakat
khususnya CV. Anugrah Farm, Ciampea Bogor.
Usaha sapi potong di
peternakam Anugrah Farm dilakukan sistem "community development"
ternak peternak-peternak sekitar usaha ternaknya, dengan mendifusikan inovasi
Hi-fer.
Peternak-peternak binaan
(yang sebagian besar berusia lanjut) tersebut tak perlu "ngarit",
mencari rumput. Pakan Hi-fer disediakan pihak Anugrah Farm.
"Teknologi Hi-fer
merupakan solusi yang diberikan IPB terhadap dinamika dan kemajuan bidang
peternakan. Dengan teknologi ini, maka ke depan diharapkan para peternak mampu
beternak tanpa mengarit," kata Prof. H. Djuanda, pimpinan CV. Anugrah
Farm.
Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Bidang Pendidikan di Indonesia
Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara
umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. (Kementerian Negara
Riset dan Teknologi, 2006: 6).
Jika dilihat pada saat
sekarang ini perkembangan teknologi informasi terutama di Indonesia semakin
berkembang. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan
kita untuk belajar dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja,
kapan saja, dan dari siapa saja. Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi
informasi mulai dirasa mempunyai dampak yang positif karena dengan
berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan
perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah
dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak
dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti untuk mendapatkan ilmu,
berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya.
Di Indonesia yang
notabenenya sebagai negara berkembang dimana ketersediaan infrastruktur
komunikasi yang masih minim mengakibatkan kesempatan setiap orang untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan menjadi terbatas. Ketersediaan
infrastruktur ini sangat terasa di daerah-daerah yang proses memperoleh
informasinya masih terbatas. Hal ini dikarenakan di Indonesia penyebaran
teknologi informasi dan komunikasi belum merata, sekarang ini hanya di
kota-kota besar sajalah yang sudah dengan mudah menikmati dan memanfaatkan
fasilitas yang tersedia. Dengan demikian perkembangan pendidikan pun menjadi
terhambat dan juga tidak merata.
Salah satu wadah yang
dirasa paling berperan dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi di
Indonesia saat ini adalah internet. Di Indonesia terutama yang berada di
kota-kota besar sudah banyak masyarakat yang mempunyai akses internet, sehingga
pemanfaatan internet sebagai salah satu media pembelajaran dan pencarian
informasi dan pengetahuan dapat lebih maksimal walaupun akses internet di
Indonesia belum sepenuhnya dapat dirasakan semua orang.
Informasi melalui
media internet, bisa menjadi salah satu kunci untuk membuat dunia pendidikan di
Indonesia mempunyai standar yang sama dengan negara lain. Dengan menggunakan
media internet, pemerintah dan institusi pendidikan sudah mulai menerapkan pola
belajar yang cukup efektif untuk diterapkan bagi masyarakat yang memiliki
kendala dengan jarak dan waktu untuk mendapatkan informasi terutama informasi
dalam dunia pendidikan. Salah satu metode yang mulai diterapkan yaitu
pembelajaran distance learning. Metode distance learning merupakan suatu metode
alternatif dalam pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini
diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat
keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. Metode distance learning sangat
membantu siswa atau masyarakat dalam mempelajari hal-hal atau ilmu-ilmu baru
dengan tampilan yang lebih menarik dan mudah untuk dipahami. Dalam pengaksesan
dan pemanfaatan metode ini, peran internet sangatlah diperlukan, karena melalui
internet seseorang dapat mengirim file atau meng-upload file yang ingin
dipublikasikan dan melalui internet juga seseorang dapat mengakses file yang
ingin dicari. Selain metode distance learning, masih banyak metode-metode lain
yang sangat membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,
diantaranya dengan adanya modul-modul pembelajaran gratis yang tersedia, portal
pembelajaran online, dll.
Jika kita bercermin ke
negara lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia bisa
dibilang cukup tertinggal. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di
Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat menyamaratakan perkembangan teknologi informasi
disemua daerah di negara ini. Pemerintah diharapkan dapat membantu
daerah-daerah yang penyampaian proses informasinya masih minim dan tidak hanya
fokus pada daerah atau kota-kota besar saja seperti yang terjadi pada saat
sekarang ini, karena pada kenyataannya peran daerah dalam mendukung
perkembangan teknologi informasi dan perkembangan pendidikan di Indonesia
sangatlah penting.
Dengan belum meratanya
penyebaran teknologi informasi akan berpengaruh terhadap proses perkembangan
pendidikan. Hal ini dikarenakan peran teknologi informasi di dunia pendidikan
sangatlah penting. Dengan adanya teknologi informasi segala macam ilmu
pengetahuan dan informasi dapat diterima dan didapatkan dengan mudah dan cepat.
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan
komunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai
teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin dalam dunianya.