A. Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu
membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak
merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani
tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh
yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena
sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di
perlukan.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilahadjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau
dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity),
dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian
diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang
dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi
di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami
peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah
proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan
kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah
proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan
yang terjadi sebelumnya.
Apakah perbedaan antara adaptasi dan penyesuaian diri?
Adaptasi itu artinya adalah
individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, contohnya adalah apabila
seorang individu merasa udara disekitar nya dingin maka individu itu segera
memakai pakaian yang tebal dan meminum atau memakan makanan yang hangat-hangat.
Lalu apabila Penyesuaian itu
sebagai mengubah lingkungan agar lebih sesuai dengan diri individu., contohnya
apabila individu merasa kedinginan secara otomatis individu itu menyalakan api
atau penghangat ruangan untuk mengahngatkan badannya.
Namun Penyesuaian diri disini adalah
meliputi penyesuaian diri baik dalam adaptation dan adjusment. artinya individu
mampu menyesuaikan diri dengan baik, secara normal dan ideal nya mampu
menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara fleksibel
tergantung pada suasana dan situasinya. Apabila individu itu hanya dapat
menggunakan salah satu dari kedua mekanisme tersebut berarti individu itu di
anggap kaku dan dominan.
Ada beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :
1. Memiliki
Persepsi yang Akurat terhadap Realita
2. Memiliki
Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan
3. Mempunyai
Gambaran Diri yang Positif tentang dirinya
4. Memiliki
Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya
5. Mempunyai
kemapuan Relasi Interpersonal yang baik
Individu yang memiliki serta memenuhi
ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki kesehatan
mental yang positif.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendirisehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi
dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya
rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau
tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak
adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas,
rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi,
kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai
akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh
lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian
terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu
harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari
proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan
sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk
mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam
bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup
dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup
hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah,
teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat
sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap
berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh
sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses
interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan
sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun
dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur
hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial
individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut
lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada
dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan
proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk
menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami
proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan
sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan
kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh
masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh
masyarakat.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Banyak faktor yang mempegaruhi penyesuaian diri, ada dari faktor lingkungan
keluarga dan lingkungan teman sebaya.
a). Lingkungan
Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan,
yang dipelajari dalam berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi
dengan anggota keluarga, dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab
itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak
dimengerti. Keluarga juga merupakan wadah pembentukan karakter individu,
penyesuaian diri juga termasuk di dalamnya.
b) Lingkungan Teman Sebaya
Sama seperti lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan
lingkungan yang sangat menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan
penyesuaian diri. Bila seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan teman bermainnya, itu merupakan salah satu alasan bahwa
sebenarnya kesehatan mental individu tersebut baik dan sehat.
B. Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara
terus-menerus.
Proses Pertumbuhan Individu secara fisik
Dari bayi hingga tua kita sebagai
manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Penyesuaian diri
dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat
beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri
berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa?
karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan
ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari
dalam diri atau dari luar diri.
Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani seperti pembawa
atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi
bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan
personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri,
atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa
kecuali, dan
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau
berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1. Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau
warisan biologis yang sangat kental.
2. Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya
akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3. Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian
seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama
memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan
penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan
komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang
juga akan berjalan baik.
Sumber:
Semium,
yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Fatimah, N. (2006). Psikologi
perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Ali, M. & Asrori,
M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta
didik. Jakarta : PT
Bumi Aksar
0 komentar:
Posting Komentar