A. Arti
Penting Stres
Stres adalah suatu kondisi dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas
dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi
peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak professional
memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet
sebagaitantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang
mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Ada beberapa tokoh yang
memberikan definisi mengenai stres.
1. J.P. Chaplin (1999)
Ia mendefinisikan stress sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik
maupun psikologis.
2. Atkinson (1983)
Stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Situasi ini disebut
sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai
respon stres.
3. Rice (2002)
Stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan
individu merasa tegang.
4. Lazarus (1999)
Stress adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita
menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan
psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.
5. Menurut Atwater (1983)
Stres merupakan suatu
tuntutan penyesuaian, yang menghendaki individu untuk meresponnya secara
adaptif.
6. Feldman (1989)
Stres adalah suatu
proses dalam rangka menilai suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan; serta individu merespon peristiwa itu baik
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan tingkah laku.
7. Hans Selye (dalam, Hahn&Payne, 2003)
Stres adalah respon
yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang ada, dimana respon
tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.
Dari berbagai definisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri
individu. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya: stimulus yang
membahayakan fisik dan psikis bersifat mengancam, lalu memunculkan
reaksi-reaksi kecemasan).
General Adaptation Syndrome (GAS) dari Selye
Selye (dalam Sarafino,
2006), mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS)
yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.
Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm
reaction )
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya
ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat,
leher tegang, nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda
awal orang terkena stres.
2.
Fase perlawanan (Stage of Resistence )
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada
stres, sebab pada tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat
mengalami disfungsi, bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa
perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,
karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.
Fase Keletihan ( Stage of
Exhaustion )
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan
perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah
penyakit yang dapat menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES.
Merupakan gabungan dari faktor internal (individu) dan eksternal (sosial),
yaitu:
1. Faktor Sosial
a. jumlah peristiwa yang menjadi stressor, kemunculannya secara bersamaan.
b. situasi tertentu, misal: dengan siapa kita hidup, seberapa lama kita
mengalami stres tersebut.
2. Faktor Individual
a. Karakteristik kepribadian individu, misal: pemarah, ambisius, agresif.
b. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stres,
antara lain: inteligensi, fleksibilitas berpikir, banyak akal.
c. Harga diri (self-esteem).
d. Bagaimana individu menerima atau mempersepsikan peristiwa yang potensial
memunculkan stres.
e. Toleransi terhadap stres, tergantung pada: kondisi kesehatan, tingkat
kecemasan.
EFEK DARI STRES
Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang
individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi,
seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin,
kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat
stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum:
1. Gejala Fisiologis
Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan
dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan
tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
2. Gejala Psikologis
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan
terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi
paling nyata dari stress. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi
psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan
sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
3. Gejala Perilaku
Gejala stres yang
berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas,
kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan
makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan
ketidakteraturan waktu tidur.
B. Tipe-tipe
Stres Psikologis
1. Tekanan (Pressure)
Tekanan bersumber dari:
· dalam diri (misal: ambisi)
· luar diri (misal: kompetisi di lingkungan)
· gabungan keduanya.
Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, dapat memunculkan perilaku self-defeating,
dimana diri kita kalah dengan tuntutan kita sendiri yang berlebihan (contoh:
pada orang perfeksionis).
2. Frustrasi (Frustration)
Muncul karena adanya
hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan. Dapat muncul
akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, misal: saat lapar, tidak ada
makanan; atau adanya penundaan, misal: menunggu lampu lalu-lintas hijau; atau
adanya rintangan sosial, misal: ingin jadi juara menyanyi tapi tidak pernah
punya kesempatan.
Sumber frustrasi dari dalam diri
individu: (a) tidak punya kemampuan, (b) rendahnya komitmen, (c) rendahnya
kepercayaan diri, (d) perasaan bersalah, (e) karakteristik individu: jenis
kelamin, warna kulit.
Tingkat frustrasi tertentu merupakan
bagian dari proses pertumbuhan (contoh: masa remaja masa matang fisik dan
seksual sehingga ingin independen, padahal secara ekonomi masih dependen pada
orangtua). Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan perilaku yang agresif,
semakin rendah toleransi kita terhadap frustrasi maka semakin mudah kita untuk
cenderung menjadi agresif.
3. Konflik
Muncul ketika
individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih
dorongan yang saling bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik
dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki
tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagaiapproach
tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatifdinamakan avoidance
tendency.
Macam-macam konflik:
a. approach- approach conflict, adalah suatu
konflik antara dua tujuan yang positif, dimana kedua tujuan itu mempunyai daya
tarik yang sama.
b. avoidance-avoidance conflict, adalah
konflik yang melibatkan dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi
negatif.
c. approach-avoidance conflict, adalah
konflik yang paling sulit dipecahkan. Satu objek memiliki konsekuensi positif
maupun negatif.
d. double approach-avoidance conflict, adalah
konflik yang melibatkan dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif
dan negatif.
4. Kecemasan
Merupakan perasaan
samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan
datang. Gejala cemas: jantung berdebar, ketegangan otot, keringat dingin.
Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas yang normal, karena
kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa bahaya sudah
dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat.
Kecemasan dibagi 2 berdasarkan ukurannya:
a.
Kecemasan taraf ringan-sedang:
menstimulasi individu menjadi lebih waspada dan resposif pada situasi yang
membutuhkan perhatian lebih (fascilitating anxiety).
b.
Kecemasan yang berlebihan : memperburuk
performa kita (debilitating anxiety).
C.
Symptom-Reducing Respons Terhadap Stres
Ada dua macam penyesuaian untuk mengurangi gejala stres:
1) Yang bersifat tak disadari: adalah defense mechanism (mekanisme
pertahanan diri atau ego).
2) Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain; melakukan
pekerjaan lain yang mengurangi simtom stres; misal tertawa.
MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Merupakan reaksi awal dalam kehidupan
manusia untuk menjaga diri mereka dari kelebihan dosis intensif dari adanya
stres psikologis. Mekanisme ini dipelopori oleh Sigmund Freud,
yang digunakan untuk mengatasi emosi negatif. Sifatnya kebanyakan tak disadari,
otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum
atau tidak sama sekali. Strategi ini tidak mengubah situasi stress, melainkan
semata-mata bertujuan untuk mengubah cara menghayati atau memikirkan situasi.
Berikut akan diuraikan jenis-jenis Defense Mechanism, yaitu:
1) Represi (repression)
Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah
sadar (motivated forgetting)–fungsi normal kembali. Akibatnya
membebaskan dari ketidaknyamanan akibat selalu waspada pada ancaman, tetapi
mempersempit kesadaran kita, membuat perilaku jadi kaku.
2) Supresi (supression)
Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang
memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja.
Berusaha menolak atau menghambat realita internal.
3) Pengingkaran (Denial)
Menolak melihat atau mendengar aspek realita yang tidak menyenangkan atau
mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.
4) Rasionalisasi
Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima dalam cara
yang diterima sosial dan rasional. Nilai self-deception sangat besar,
mirip dengan berbohong atau mengingkari orang lain.
5) Regresi
Mengurangi ketegangan dalam dirinya dengan bertingkah laku mencari
perhatian (seperti anak kecil; merajuk, marah) – agar diperhatikan. Mundur pada
fase perkembangan sebelumnya.
6) Proyeksi
Upaya individu untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain.
Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai
orang tersebut.
7) Reaksi-formasi
Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan, sebagai upaya
mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima
superego atau moral. Contoh: benci orangtua, tampil sebagai anak yang sayang
pada orangtua berlebihan.
8) Sublimasi (displacement)
Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif
yang sejenis tapi beda kegiatan. Misal: ingin jadi dokter – suka terlibat
menolong orang.
9) Acting Out
Membebaskan tegangan dari impuls yang tidak dapat diterima dgn
mengekspresikannya secara simbolik. Misal: ingin merasa independen dari
orangtua maka remaja jadi tampil modis, bolos sekolah, penundaan atau mogok,
seks bebas, tawuran. Sifatnya tidak disadari.
10) Fantasi
Membebaskan tekanan dengan tindakan imajinasi. Misal: melamun, yakin bahwa
jadi tokoh dalam film, tokoh dalam film kaya seperti harapannya (ada unsur self-deception,
distorsi realita).
SARANA COPING UNTUK STRES MINOR
Merupakan respon terhadap stres ringan, yang
sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih
disadari oleh individu (ada pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan
dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola
kebiasaan individu dalam menghadapi stres.
Jenisnya:
a. kontak fisik (dielus), makan, minum
b. tertawa, menangis, memaki/ mengutuk
c. membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d. melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olahraga,
jalan-jalan, main games).
D.
Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres
yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa
dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif.
Jenisnya:
a.
memodifikasi diri agar lebih toleran
terhadap stres.
b.
memodifikasi situasi yang menimbulkan
stres.
MENINGKATKAN TOLERANSI TERHADAP STRES
a.
Toleransi terhadap tekanan
Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan
keterampilan.
b.
Toleransi terhadap frustrasi
Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber
frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
c.
Toleransi terhadap konflik
Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan efek
emosionalnya.
d.
Toleransi terhadap kecemasan
Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali
lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.
PENDEKATAN YANG BERORIENTASI TUGAS
a.
Pendekatan Asertif
Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk
mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
b.
Pendekatan Menarik Diri
Dapat dilakukan apabila sumber stress tidak dapat dihilangkan dengan
asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat
berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk
mengumpulkan biaya kuliah.
c.
Berkompromi
Biasa digunakan apabila agen sumber stress memiliki otoritas lebih tinggi
dari kita, atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada
sejauhmana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang
dilakukan untuk mengurangi stres.
Sumber: Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Dewi,
Kartika Sari. (2012). BUKU AJAR: KESEHATAN MENTAL. Semarang: UPT UNDIP Press.
0 komentar:
Posting Komentar