Teknik
Terapi
Teknik utama eksistensial humanistik
pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli
sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan
beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia
obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk
interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari
pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan
makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:
Teknik dalam terapi ini antara lain:
- Penerimaan
- Rasa hormat
- Pemahaman
- Menentramkan hati
- Pertanyaan terbatas
- Memantulkan pertanyaan dan perasaan
Pada
saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses
terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis
muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan
terapis. Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap yaitu:
- Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
- Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
- Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang sebagai alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
Saya menyukai teknik-teknik dalam terapi ini karena klien
diminta untuk memahami masalahnya terlebih dahulu, kemudian klien diminta untuk
menentramkan hatinya agar bisa menjawab beberapa pertanyaan terbatas yang
diajukan oleh terapis. Klien juga diminta untuk memntulkan kembali pertanyaan
yang diajukan oleh terapis kemudian menyampaikan bagaimana perasaan yang
dirasakan saat itu. Klien memberikan rasa hormatnya terhadap terapis yang telah
membantunya dan mencoba untuk menerima apa yang dialaminya saat itu.
Sumber:
Corey,
Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung :
PT. Eresku.
Modul
Bimbingan dan Konseling - PLPG Kuota. (2008). Surabaya: Unesa.