A.
Orientasi Kesehatan Mental
Pengertian sehat mental dan Kesehatan
Mental
Untuk
memahami pengertian sehat mental, perlu dipahami pengertian ‘sehat’ yang
terkandung dalam istilah itu. Apa yang dimaksud dengan sehat? Orientasi klasik
yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat
sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat
adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya.
Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak
ada keluhan mental.
Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini
banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang
mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan
realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski
hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak.
Pengertian
sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks
psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih
ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sebagai orang sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak
dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai orang tidak sehat mental.
Dengan
contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal
yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita
tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’
pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas
terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat
yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya
seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita melihat dari pandangan
bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan
mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat
mental.
Dengan
batasan-batasan kesehatan mental seperti yang diuraikan tadi, kita dapat pula
mengenali tanda-tanda gangguan kesehatan mental. Individu yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan menunjukkan adanya masalah kesehatan
mental. Dalam penelitian-penelitian psikologi klinis ditemukan bahwa gangguan
stres berat, depresi, frustasi yang menyebabkan agresi, histeria, bahkan
psikopati dan psikosis kebanyakan disebabkan oleh ketidakmampuan penderitanya
dalam menghadapi kenyataan yang terjadi padanya. Begitu pula dengan
individu-individu yang hanya bertindak reaktif terhadap rangsangan, dorongan dan
ajakan. Mereka tidak mampu mengontrol dan menguasai diri sendiri sehingga tidak
mampu menampilkan perilaku yang tepat dalam setiap kondisi yang dihadapinya.
Individu yang tidak mampu mempertahankan stabilitas diri juga mengindikasikan
adanya gangguan mental dalam hal otonomi dan kesatuan diri.
Ketiadaan
atau kekurangan kemampuan menilai lingkungan dan diri sendiri secara realistis
sehingga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat juga menjadi indikasi dari
adanya gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental. Gangguan yang
berkaitan dengan kemampuan menilai lingkungan dan diri secara realistis ini
dapat mengarahkan orang pada gangguan neurosis dan psikosis.
B. Konsep Sehat
Dengan
memahami dan mengerti tentang konsep sehat akan banyak manfaat yang akan kita
peroleh, nah disini kita akan membahas beberapa hal, seperti "senerapa
pentingkah mengetahui konsep sehat itu?", "apakah definisi dari
kesehatan?", serta "pangertian dari sehat menurut WHO". Untuk
mengetahui itu semua silakan membaca nya di bawah ini.
Begitu
penting bagi kita untuk mengetahui pengertian dari sehat, kenapa? kerena sehat
itu mahal harganya, oleh sebab itu kita harus senantiasa untuk mejaga
kesehatan. Begitu banyak orang bisa mengerti akan hakekat sehat ketika dirinya
sedang dalam keadaan sakit. Maka dengan mengetahui konsep sehat sakit akan
membantu kita dalam mengerti arti pentig kesehatan kita didalam dunia ini.
Kesehatan
merupakan suatu pandangan akan kondisi yang fleksibel antara kesehatan badan
jasmani dengan kesehatan mental rohani yang dibedakan dalam sebuah rentang yang
selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan
hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Berikut beberapa pengertian sehat menurut WHO dan
beberapa ahli kesehatan lainnya
1.
Definisi sehat
menurut Badan Kesehatan Dunia WHO adalah bahwasannya sehat merupakan suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau pun kelemahan.
2.
Pengertian sehat
menurut UU N0. 23/1992 tentang kesehatan yaitu merupakan suatu keadaan
sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
C. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
A. Era pra Ilmiah
1.
Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu
sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep
primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh
roh atau dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun,
batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda
tersebut.
Orang yunani percaya gangguan mental terjadi karena
dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2.
Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap
terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan
pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu
dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran berpendapat gangguan
mental atau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh,
dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika anda
memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau
yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai
badan anda”.
Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh
Galen, seorang tabib lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik
ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang kristen. Seorang dokter perancis,
Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru
untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah
Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya (yang maniac) dirantai,
diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20
tahun atau lebih, mereka dipandang berbahaya dibawa jalan disekitar rumah
sakit. Diantara mereka banyak yang berhasil, mereka menunjukkan lagi
kecenderungan melukai atau merusak dirinya sendiri.
B. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat
berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme
(irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi
saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada
tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis
dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap
sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang
penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya.
Akibatnya, pasien tersebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat
ventilasinya, dan mereka sekali digugur dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami
orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah
melalui penulisan artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan lainnya. Setelah
usaha itu dilakukan (selama 13tahun), pada tahun 1796, dirumah mental. Ruangan
ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush
mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk
mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri
memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi
suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-gerakan yang teorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh
gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, hal ini terutama dari dua tokoh
perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang
ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan
pertolongan bagi orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun
1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah
di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang yang mengalami gangguan
mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang memberikan
pengorbanan terhadap orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya mula diarahkan pada para pasien mental
dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang
dikurung dirumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam
membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para
penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika
serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak mendapat pujian
sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara
formal mulai muncul. Selama dsekade 1900-19090 beberpa organisasi kesehetran
mental telah didirikan, sepert: American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan
American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan dibidang kesehatan mental ini
tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena
jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene
Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan
dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan
mental, dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit
jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau
pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi,
karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental,
apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit
dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia
mulai mengembangkan gagasan membuat suatu gerakan melindungi orang yang
mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam
kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti
gagasannya demngan mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai,
mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A Mind That Found It Self”.
Buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar psikologi.
Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan
atau ”treatment” yang diberikan para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang
dipandangnya kurang manusiawi. Disamping itu dia melupakan reformasi terhadap
lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Program Beers mendapat respon positif dari masyarakat,
terutama kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris
ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf
Mayer menyarankan menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Yang
mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental
ini, Deutsch mengemukakan pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan
mental ini mengkonsentarsikan programnya membantu mereka yang mengalami masalah
serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan
cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan,
kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus
bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health”
yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu
”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”,
dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang,
sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih dari seribu tempat
perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan
melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health
Organization”.
D. Pendekatan Kesehatan Mental
Pengertian
sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks
psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih
ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sebagai orang sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak
dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai orang tidak sehat mental.
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu
dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan
tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam
masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang
absolut.
Berkaitan
dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu
dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang
diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Pandangan
yang digunakan di sini adalah pendekatan yang menegaskan manusia pada umumnya
adalah makhluk sehat mental jadi istilah yang digunakan untuk menilai sehat
atau tidaknya mental seseorang adalah ‘kesehatan mental’. Dengan pandangan ini
penentuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental.
Selain itu, berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu
dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan
derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga
berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam
lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan
tuntutan-tuntutan masyarakat tempat ia hidup, masalah-masalah hidup yang
dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya.
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan
seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di
sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada
tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam
tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan
kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam
definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan
penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan
mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru,
serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri
sendiri.”
Definisi
dari Jahoda mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara
jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata
tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri.
Penyesuaiaan
diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah
rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh
pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian
bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu.
Individu tidak seperti binatang atau tumbuhan hanya reaktif terhadap
lingkungan. Dengan kata lain individu memiliki otonomi dalam menanggapi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Penyesuaian
diri yang dilakukan orang sehat mental tidak menyebabkan bergantinya
kepribadian. Perubahan-perubahan dalam diri individu tidak mengubah secara
drastis dirinya. Pada orang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam
menyesuaian diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap
baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia
miliki. Di sini terlihat adanya otonomi diri dalam penyesuaian diri yang
memperlihatkan stabilitas diri individu. Otonomi ini menandakan bahwa ada pusat
diri pada manusia yang mengorganisasi keseluruhan dirinya. Meski penyesuaian
diri perlu terus dilakukan namun kondisi dalam diri tetap stabil dan memiliki
kesatuan. Keadaan diri yang stabil dan berkesatuan itu selalu dipertahankan
oleh individu yang sehat.
Penyesuaian
diri pada orang yang sehat selalu didasarkan pada penilaian terhadap kehidupan
dan keadaan diri sendiri. Pilihan cara-cara menanggapi rangsangan, ajakan dan
dorongan selalu didasarkan pada pertimbangkan kondisi kehidupan yang sedang
dijalaninya yang diperbandingan dengan kondisi diri sendiri. Orang yang sehat
akan melihat masalah nyata apa yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya
berkaitan dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Di
sini terlihat bahwa orang yang sehat memiliki kemampuan memahami realitas
internal dan eksternal dirinya. Ia tidak bereaksi secara mekanik atau
kompulsif-repetitif tetapi berespons secara realistis dan berorientasi pada
masalah.
Sumber:
staff.ui.ac.id/system/files/users/bagus-t/material/kesehatanmental.doc
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus