A.
Teori
Harapan
Teori harapan (Expectancy) dikemukakan oleh Victor
Vroom (dalam Maryanti & Meinawati, 2007) yang menyatakan bahwa kekuatan
yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan
dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaannya akan memberikan
pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya itu.
Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasannya maka ia
akan bekerja keras pula. dan sebaliknya
Menurut Vroom (dalam Maryanti & Meinawati, 2007)
faktor dalam memunculkan motivasi kerja individu adalah atasan, isi pekerjaan,
gaji, dan kesempatan untuk maju. Faktor atasan adalah bagaimana hubungan yang
terjalin dengan atasan berlangsung baik dan mengakui otoritas atasan. Isi
pekerjaan adalah bagaimana pekerja mengetahui isi dari uraian pekerjaan yang
dikerjakannya dan mengetahui fungsi bagian kerjanya dalam proses rangkaian
kerja keseluruhan. Kemudian gaji adalah kesesuaian antara upah yang diterima
dengan pekerjaan atau tugas yang dikerjakannya. Perbandingan upah dengan
karyawan lain pada perusahaan berbeda-beda. Faktor terakhir adalah
kesempatan untuk maju, sejauh mana peluang karir yang tersedia bagi dirinya di
perusahaan tersebut meliputi perbandingan kesempatan karir dengan rekan kerja
lain dan perbandingan peluang kerja di perusahaan lain.
B.
Teori
Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah
sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai
sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja
biasanya meningkat sebab:
a. Ia akan
berorientasi pada hal hal yang diperlukan
b.
Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
c.
Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaika
d. Semua
jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika
kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa
seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang
jelas. Sehingga munculah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan
tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat ditemukan dalam teori
motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi yang ingin dicapai.
Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang
berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan
berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan
peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki keterikatan
(commitment) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia
tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak
reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya
untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha
mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Kesimpulan
Terdapat beberapa faktor dalam memunculkan motivasi kerja
individu yaitu atasan, isi pekerjaan, gaji, dan kesempatan untuk maju. Adapun kekuatan
yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan
dari hasil pekerjaan itu. kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan
yang jelas dan pasti. Dari teori tujuan muncul bahwa seseorang akan memiliki
motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas.
Sumber:
Maryanti,S.,Meinawati,R..(2007).Peran motivasi
berprestasi terhadap prestasi kerjapada
agen yang bekerja dikantor operasional pondok gede dan kalimalang ajb
bumiputera 1912 cabang jakarta timur. Jurnal psikologi,vol.5.no.1.
0 komentar:
Posting Komentar