Kamis, 17 Maret 2016

Teknik-Teknik Terapi psikoanalisa



Ada 5 macam terapi dalam psikoanalisa yaitu: (1) Analisis mimpi, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4) analisis resistensi dan (5) analisis transferensi (pemindahan).
1.      Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Terapis memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor.
Asosiasi bebas adalah salah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai katarisis. Katarisis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, terapis menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas terapis adalah untuk megnidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketidaksadaran.
Cara terapinya yaitu teknik dasar untuk melakukan psikoanalisa ini adalah dengan meminta klien berbaring di dipan khusus (couch) dan terapis duduk dibelakangnya jadi posisi klien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan terapis. Klien diminta mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting atau tidak penting. Terapis yang duduk di belakang dipan khusus pada dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang klien. Namun pada saat-saat tertentu, terapis memotong asosiasi bebas yang sedang dikemukakan oleh klien bilamana dianggap penting untuk memperjelas hubungan-hubungan antara asosiasi-asosiasi satu sama lain misalnya ada kaitanya dengan mimpi-mimpi yang dialami.

2.      Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis   asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajarkan klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interperasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hala-hal yang tersembunyi. Ada tiga hal yang harus di perhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi. Pertama, interpretasi hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien. Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien. Ketiga, memetapkan resistensi pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.
3.      Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur pertahanan menjadi lemah dan perasaan-perasaan yang tertekan menjadi muncul ke permukaan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal to the uncouncious”, dimana dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan. Beberapa motivasi yang tidak diterima oleh orang lain dinyatakan dalam simbolik dari pada secara terbuka dan langsung.
4.      Analisis dan Interpretasi Resistensi
Resistensi sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Frued memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan.resistensi bukan sesuatu yang harus diatasi karena hal itu merupakan gambaran pendekatan pertahanan klien dalam kehidupan sehari-hari. Resistensi harus diakui sebagai alat pertahanan menghadapi kecemasan.
5.      Analisis dan Interpretasi dan Transperensi
Seperti halnya resistensi, transperensi (pemindahan) terletak dalam arti terapi psikoanalisa dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dilakukan kepada ibunya atau ayahnya. Kini, dalam hubungan dengan konselor klien mengalami kembali perasaan penolakan permusushan yang pernah dialami terhadap orang tuanya.


Dari beberapa teknik terapi psikoanalisa yang telah disebutkan diatas, saya lebih menyukai teknik pokok dalam psikoanalisa, yaitu asosiasi bebas. Dalam terapi asosiasi bebas klien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting atau tidak penting. Menurut saya, dengan dimintanya klien untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, terapi ini tidak terlalu membebani klien, dimana semua yang muncul dalam pikirannya, seperti pengalamannya dimasa lampau dapat diungkapkan dengan bebas. Bisa saja terdapat pengalaman buruk yang terjadi pada klien dimasa lampaunya, dalam terapi ini klien tidak harus memikirkan apakah pengalaman buruk tersebut penting atau tidak penting untuk diungkapkan, karena semua yang terdapat didalam pikiran klien akan diungkapkan secara cepat tanpa ada sensor. 
Pada saat terapi asosiasi bebas berlangsung, terapis akan mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang pengalaman yang dialami oleh klien. Kemungkinan, pada saat klien mengungkapkan pengalamannya, terapis akan megnidentifikasi pengalaman tersebut bilamana dianggap penting untuk memperjelas hubungan-hubungan antara asosiasi-asosiasi satu sama lain misalnya ada kaitanya dengan mimpi-mimpi yang dialami oleh klien.



Daftar pustaka:
Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:
PT.  BPK Gunung Mulia.
Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung:
C.V. Pustaka  Bani Quraisy.

0 komentar:

Posting Komentar

Gunadarma University

Popular Posts

Calendar

Diberdayakan oleh Blogger.